Tulisan ini telah diperbarui pada Maret 2025
Merasa familiar dengan iming-iming kerja yang gampang, bisa dilakukan dari mana saja, bahkan bisa mendapat gaji sampai 2 digit?
Ini adalah salah satu hal yang dijanjikan oleh bootcamp.
Bagi yang tidak familiar, bootcamp adalah sejenis kursus intensif dengan topik tertentu. Yang akan kita bahas dalam tulisan ini adalah bootcamp untuk programming (bahasa kerennya, coding).
Mengapa Bootcamp Laris Manis?
Sebenarnya keberadaan bootcamp di Indonesia bukanlah hal yang baru, tetapi perusahaan-perusahaan baru penyedia bootcamp mulai banyak bermunculan di sekitar tahun 2015 ke atas.
Entah apakah hal itu berhubungan dengan Laporan World Bank tahun 2016 atau tidak.
Laporan ini sering disebut-sebut dalam berita karena berisi prediksi bahwa Indonesia akan kekurangan jutaan talenta di tahun 2015-2030.
Selain itu, banyak startup baru berbasis teknologi mulai bermunculan, baik sebelum atau saat era COVID (tahun 2019) berlangsung.
Dengan banyaknya startup teknologi baru dan benefit pekerjaan seperti WFA (Work From Anywhere), banyak orang yang merasa tertarik untuk berpindah haluan ke pekerjaan di bidang teknologi. Pekerjaan ini tergolong memiliki barriers to entry yang rendah, siapapun bisa melakukannya, tidak wajib memiliki pendidikan atau sertifikasi khusus, tidak memandang gender, dan ilmunya tersedia secara luas.
Kombinasi dari semua hal di atas membuat banyak orang melirik bootcamp sebagai salah satu jalan untuk berkarir di bidang IT.
Keuntungan Bootcamp dan Realita
Bimbingan Belajar
Cara belajar setiap orang berbeda-beda.
Ada yang bisa belajar secara otodidak, namun ada yang butuh bimbingan selama belajar. Tidak ada yang lebih baik di antara keduanya.
Bootcamp menyediakan “dorongan” belajar dalam bentuk pengajar (mentor, instructor, lecturer) yang bisa membantu mengarahkan kita saat belajar.
Poin plus dari adanya pengajar adalah kita bisa belajar tanpa menebak hal apa yang harus dipelajari.
Contohnya dalam coding, kita harus memiliki pondasi ilmu dan cara berpikir agar kita bisa menulis dan memahami fungsi setiap baris kode. Pengajar bisa mengarahkan kita untuk membangun atau memperkuat pondasi ini karena dalam bootcamp sudah disiapkan kurikulum khusus yang bisa menjadi panduan belajar.
Selain itu, ketika kita menghadapi kesulitan, pengajar bisa membantu kita mencari jalan keluarnya. Hal ini tidak kita dapatkan saat belajar mandiri.
Yang paling menguntungkan adalah ketika pengajar sudah memiliki banyak pengalaman di industri, karena kita bisa mendapatkan tips-tips dan best practice yang akan membuat kita mendapat ilmu yang teruji, bukan hanya sekadar teori.
Cari Kerja
Beberapa bootcamp memiliki relasi dengan perusahaan lain yang bersedia untuk mengambil lulusannya untuk bekerja di perusahaan mereka, istilahnya partner.
Ada beberapa model yang saya ketahui:
- Bimbingan kerja: Lulusan dibimbing untuk membuat CV/Resume, menyiapkan portofolio, dan diberikan tips-tips interview. Selain itu, pihak bootcamp akan membagikan informasi lowongan pekerjaan yang sesuai dengan profil lulusan.
- Penyaluran kerja: Lulusan disalurkan langsung ke perusahaan yang berafiliasi, selama memenuhi kriteria yang ditetapkan. Misalnya diberikan syarat minimal nilai kelulusan. Bootcamp yang memberi jaminan penyaluran kerja biasanya memiliki biaya yang lebih mahal.
- Bagi hasil: Lulusan disalurkan langsung ke perusahaan yang berafiliasi dan akan ada potongan gaji selama waktu tertentu, misalnya gaji dipotong 50% selama 2 tahun. Jenis bootcamp ini biasanya memiliki biaya lebih murah atau bahkan gratis, namun bisa jadi terdapat seleksi untuk bisa mengikuti bootcamp atau ada ujian khusus di akhir bootcamp atau bahkan kedua-duanya.
Memilih Bootcamp
Sadari bahwa mengikuti bootcamp adalah pilihan yang berat. Bukan hanya mengeluarkan biaya besar, kita juga diwajibkan untuk berkomitmen waktu.
Terdapat bootcamp full-time atau part-time yang bisa diikuti secara on-site ataupun online. Pastikan memilih bootcamp sesuai dengan waktu luang yang kita miliki. Jarang ada bootcamp yang jadwal belajarnya bisa diatur sesuai kebutuhan, biasanya sudah ada jadwal tertentu (misal, Senin-Jumat atau Senin, Rabu, Jumat).
Model bootcamp kebanyakan adalah belajar dan proyek. Misalnya 2-3 minggu belajar kemudian minggu selanjutnya mengerjakan tugas proyek sesuai ketentuan, kemudian kita akan mendapatkan nilai dari hasil pengerjaan tersebut. Tantangan terbesar dalam bootcamp adalah menyelesaikan tugas jika di saat yang bersamaan kita juga memiliki pekerjaan. Pengalaman saya, banyak peserta yang kesulitan mengatur waktu dan menjadi stres sehingga harus berhenti dari bootcamp.
Selain harus mengetahui model belajar bootcamp, kita harus mencari informasi terkait kurikulum agar kita tahu hal-hal apa saja yang akan dipelajari. Apakah materi yang diajar sesuai dengan standar industri? Jika tidak yakin, coba cek roadmap.sh untuk melihat daftar hal yang perlu dipelajari secara umum pada beberapa bidang.
Tidak kalah penting, cari informasi tentang pengajar bootcamp, jika informasi ini tidak tertera saat pendaftaran, kontak customer service untuk mendapatkan informasi ini. Pastikan pengajar adalah orang yang berpengalaman, jangan mudah percaya dengan iming-iming bootcamp sudah berdiri sejak tahun XXXX atau embel-embel pengajar berpengalaman mengajar selama X tahun. Ingat untuk selalu cek profil pengajar di LinkedIn.
Saya pribadi tidak merekomendasikan bootcamp yang tidak berani membuka informasi tentang kurikulum dan profil pengajarnya.
Realita
Semua hal yang dijanjikan oleh bootcamp tidak akan menjadi nyata kalau tidak ada usaha dari kita sendiri sebagai peserta bootcamp.
Meskipun bootcamp menjanjikan kurikulum yang mudah dipahami pemula, pengajar yang sudah berpengalaman, bahkan ada bantuan untuk mencari kerja, jika kita tidak disiplin dalam belajar dan tidak serius dalam mengerjakan proyek, sulit rasanya untuk bisa lulus dari bootcamp. Bahkan terkadang kita masih bisa gagal, meskipun kita sudah menjadi peserta yang disiplin dan serius.
Menurut saya bootcamp layak untuk diikuti bagi kita yang sudah memiliki ilmu dasar.
Tidak, yang saya maksud bukan yang sudah memiliki pendidikan di bidang IT, tetapi yang sudah mencoba belajar sendiri.
Jangan gegabah untuk mengeluarkan uang, coba belajar sendiri terlebih dahulu. Jika dirasa cocok, bisa menikmati proses belajar, dan siap berada dalam tekanan, maka kita boleh mulai memikirkan untuk mengikuti bootcamp.
Bagaimana dengan mengikuti bootcamp untuk memulai karir di bidang IT?
Tergantung kondisi.
Coba bayangkan diri kita sebagai pemilik sebuah perusahaan, apakah kita siap mempekerjakan talenta baru yang minim pengalaman kerja dan memberikan gaji hingga belasan juta? Belum tentu!
Realitanya lulusan bootcamp belum tentu mendapat kerja, apalagi mendapat gaji belasan juta.
Pastikan ekspektasi kita tidak jauh dari realita. Jika kita siap untuk digaji lebih rendah (bukan di bawah UMR, ya!), kita boleh mempertimbangkan mencari kerja lewat bootcamp. Hal ini mungkin tidak menjadi masalah bagi yang belum memiliki tanggungan apapun.
Beberapa peserta yang belajar dengan saya sudah sadar akan hal ini. Karena mereka sudah memiliki pekerjaan tetap, alasan utama mereka mengikuti bootcamp adalah untuk mencari peluang promosi atau pindah ke posisi yang berkaitan dengan IT di perusahaan yang sama. Ada juga yang belajar untuk membuat perusahaan atau konsultan teknologi.
Apapun itu, semuanya sah-sah saja untuk menjadi alasan untuk mengikuti bootcamp.
Alternatif Lain
Bootcamp bukan satu-satunya jalan untuk belajar coding atau untuk menjadi programmer.
Kita bisa belajar lewat platform gratisan, saat ini sudah banyak tersedia channel belajar di Youtube dan materi pembelajarannya juga sudah up-to-date. Selain itu, terdapat beberapa platform berbayar seperti Udemy yang menyediakan banyak materi dengan harga terjangkau dan sering kali mengadakan diskon.
Keduanya bisa menjadi alternatif asalkan kita bisa mengatur waktu untuk belajar dan berlatih.
Selain itu, jangan hanya belajar dan belajar terus, ini akan menyebabkan kita terjebak dalam tutorial hell. Bergabunglah ke dalam komunitas yang ada di Meetup, Telegram, Whatsapp, Facebook, ataupun Reddit. Di sana kita bisa berdiskusi dengan orang-orang yang lebih berpengalaman.
Jika ingin melakukan diskusi yang lebih intens, coba untuk mencari mentor lewat ADPList atau mengontak mereka melalui LinkedIn.
Terakhir, hal yang selalu saya tekankan. Kemampuan coding dan kemampuan mencari kerja adalah 2 hal yang berbeda. Meskipun kita sudah mahir, jangan lupa mengasah kemampuan untuk mencari kerja. Poles profil LinkedIn dan publikasi hasil karya di GitHub, dengan cara ini kita bisa membangun relasi untuk mendapatkan kerja atau sekadar proyek kecil-kecilan.
Photo by Dylan Gillis on Unsplash